SOLOPOS.COM - Infografis Piala AFF (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, SOLO–Setiap kali bergulir, Piala AFF, baik kelompok umur maupun tim senior, kerap menjadi perdebatan di Tanah Air, tak terkecuali Piala AFF U-23 2023 yang digelar 17-26 Agustus lalu.

Tak sedikit yang menyebut ajang level Asia Tenggara tersebut sebagai piala ciki atau tak penting. Itu lantaran Piala AFF bukan bagian dari agenda FIFA. Itu berarti, apa pun pencapaian di ajang tersebut tidak akan memengaruhi ranking FIFA.

Promosi Kanker Bukan (Selalu) Lonceng Kematian

Bahkan, banyak pihak yang meminta PSSI tak lagi mengikuti turnamen itu karena pertandingan-pertandingan di Piala AFF yang dijalani timnas Indonesia selalu tak beres.

Anggapan itu merujuk pada keputusan-keputusan wasit yang sering merugikan skuad Garuda. Selain itu, pemain lawan kerap bermain kasar.

Pelatih timnas U-23 Indonesia Shin Tae-yong turut membuka suara. Pelatih asal Korea Selatan itu secara terang-terangan menyebut Piala AFF U-23 sebaiknya tidak diadakan lagi.

Hal itu lantaran turnamen yang diikuti negara-negara anggota ASEAN tersebut mengganggu kompetisi di suatu negara, termasuk Indonesia.

Pernyataannya itu becermin pada situasi Tanah Air di mana ada klub Liga 1 yang menolak melepas pemain yang dipanggil ke timnas.

Namun, sebagian pihak menilai turnamen dua tahunan Asia Tenggara tersebut, terutama pada kelompok umur, memiliki peran strategis dalam usaha membina pemain muda di kancah internasional. Pada posisi itu, turnamen digunakan untuk memberi pengalaman atau jam terbang pemain belia.

PSSI termasuk pihak yang menganggapnya demikian. Oleh karena itu, PSSI hampir selalu mengirimkan timnas untuk mengikuti Piala AFF, kecuali saat masa pandemi Covid-19 lalu.

Terlepas dari pro dan kontra itu, Piala AFF yang kali pertama digelar pada 1996 itu nyatanya menjadi ajang paling prestisius di Asia Tenggara.

Timnas negara-negara ASEAN unjuk gigi untuk menunjukkan eksistensi dan membuktikan sebagai yang terbaik. Timnas putra Thailand menjadi tim tersukses dengan mengoleksi tujuh trofi (1996, 2000, 2002, 2014, 2016, 2020, 2022).

Singapura empat trofi (1998, 2004, 2007, 2012), Vietnam dua trofi (2008, 2018), dan Malaysia satu trofi (2010).

Pada kategori U-23 putra (digelar sejak 2005), Vietnam mengoleksi dua trofi (2022,2023),  Thailand satu trofi (2005), Indonesia (2019).

Sementara kategori U-19 putra (digelar sejak 2002), Thailand lima trofi (2002, 2009, 2011, 2015, 2017), Australia lima trofi (2006, 2008, 2010, 2016, 2019), Myanmar dua trofi (2003,2005).

Malaysia satu trofi (2018), Vietnam satu trofi (2007), Indonesia satu trofi (2013).

Kategori U-16 putra (digelar sejak 2002), Thailand meraih tiga trofi (2007, 2011, 2015), Vietnam tiga trofi (2006, 2010, 2017), Myanmar dua trofi (2002, 2005).

Australia dua trofi (2008, 2016), Malaysia dua trofi (2013, 2019), Indonesia dua trofi (2018, 2022).

Lantas peristiwa apa yang pernah terjadi selama Piala AFF digelar sejak 1996? Selengkapnya dapat dilihat di infografis berikut ini:

Infografis Piala AFF (Solopos/Whisnupaksa)
Infografis: Whisnupaksa

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya